Tidak Hanya Sektor Pariwisata, Ini Sektor lain yang bisa Menopang Perekonomian Bali

Mataram, CARAKAPOS| Kepala Kantor Perwakilan wilayah Bank Indonesia Bali Trisno Nugroho menyampaikan sektor lain selain pariwisata dalam menopang perekonomian Bali ke depannya.

Hal ini ia sampaikan saat memaparkan materinya yang berjudul “Bolstering Bali Economic Recovery” dalam acara media gathering di Mataram, NTB dari tanggal 30 September hingga 1 Oktober 2022.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali tumbuh sebesar 3,04% (yoy) di triwulan kedua tahun 2022. Angka ini disebutkan meningkat dari triwulan pertama yang sebesar 1,46% (yoy).

“Meskipun sudah memasuki fase pemulihan, laju pertumbuhan ekonomi Bali masih lebih rendah dibandingkan nasional dan 30 provinsi lainnya,” kata Trisno, Jumat (30/9/2022).

Meski demikian, berdasarkan data yang dirilis BPS, dimana Bali berada di urutan empat terbawah selepas Sulbar, NTT, dan Kaltim, Trisno Nugroho meyakini, sebelum berakhir tahun 2022, Bali akan beranjak naik, “paling tidak di posisi tengah,” tegasnya.

 

Kepala KPw BI Bali Trisno Nugroho saat memaparkan materi dan didampingi Deputi Direktur Kantor Perwakilan wilayah Bank Indonesia Bali Donny H. Heatubun. Foto: porosinformatif

Dalam pemaparan materi selanjutnya, Trisno mengatakan, kinerja ekonomi Provinsi Bali pada triwulan kedua tahun 2022, sektor pariwisata masih menduduki peringkat pertama dalam menopang lajunya perekonomian.

Dilanjutkan oleh akmamin, dan konstruksi seiring dengan membaiknya kinerja pariwisata. “Jika sektor transportasi baik, maka akmamin akan mengikuti. Itu otomatis, jelas Trisno.

Data BPS kembali menunjukan, angka akmamin yang sebesar 17,64% yang diikuti sektor pertanian sebesar 14,85%, seharusnya menjadi kajian tersendiri bagi pemerintah Provinsi Bali.

Selain Bali adalah Pulau Wisata, Bali seharusnya mampu menjadi pulau penghasil pangan mandiri. “Yang dikatakan kota wisata, hanya ada di Kota Denpasar, Badung, dan Gianyar. Lebihnya, seharusnya bisa dikondisikan menjadi kota penghasil pangan. Jadi tidak perlu lagi import dari luar Bali,” tandasnya.

“Kenapa demikian? Coba kita perhatikan histori statistik dari BPS ini (materi halaman 10). Disini ditunjukan pada tahun 2017, sektor akmamin dan transportasi mengalami penurunan di kuartal kedua. Akmamin yang sebelumnya 23,49% kini menjadi 17,64%. Sedang transportasi yang sebelumnya 9,64%, kini menjadi 7,04%. Tapi coba kita perhatikan di sektor pertanian. Tahun 2017 yang sebesar 13,98%, kini di tahun 2022 menjadi 14,85%. Artinya apa? artinya adalah pada sektor pertanian ini bisa juga diandalkan, selain pariwisata,” terang Trisno.(*/01)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *